IMG-LOGO

Jangan Buang Minyak Jelantah: Warga Payaman Ubah Limbah Jadi Sabun Cuci Piring

Create By 16 August 2024 248 Views

MAGELANG - Pada Selasa (3/072024), Mahasiswa KKN TIM II Universitas Diponegoro 2024 melaksanakan sebuah program inovatif di Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Program ini di selenggarakan oleh Safira Zikria dari program studi Kimia angkatan 2021. Program ini berfokus pada pengolahan limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 40 warga, yang mayoritas merupakan ibu-ibu PKK dari RT 27 Dusun Sidorejo.

 

Di Desa Payaman, pengolahan limbah rumah tangga belum terlaksana dengan baik, termasuk minyak jelantah yang sering kali dibuang langsung ke lingkungan oleh warga. Desa Payaman juga memiliki banyak usaha kerupuk dan catering yang menghasilkan minyak jelantah dalam jumlah besar. Limbah minyak jelantah ini dapat mencemari tanah dan air, serta menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan lingkungan. Minyak jelantah mengandung asam lemak jenuh yang tinggi, yang jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat memicu penyakit serius seperti jantung dan stroke. Namun, banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa limbah minyak jelantah ini sebenarnya dapat diolah menjadi produk bernilai.Untuk mengatasi masalah ini, mahasiswi KKN TIM II Universitas Diponegoro 2024 melaksanakan program yang bertujuan mengubah minyak jelantah menjadi produk, yaitu sabun cuci piring. Program ini tidak hanya bertujuan untuk meminimalisir limbah, tetapi juga untuk menciptakan nilai tambah dari limbah rumah tangga yang sering kali dianggap sebagai sampah.

 

Gambar praktek pembuatan sabun cuci piring

 

Proses pembuatan sabun dimulai dengan pemurnian minyak jelantah. Langkah pertama ini sangat penting untuk memastikan bahwa minyak yang digunakan sudah bersih dari kotoran dan zat berbahaya. Setelah minyak dimurnikan, langkah berikutnya adalah mencampurkannya dengan larutan Kalium Hidroksida (KOH) untuk memulai proses saponifikasi, yaitu proses kimia yang mengubah lemak menjadi sabun. Campuran ini kemudian diaduk hingga terbentuk gumpalan sabun. Selanjutnya, proses dilanjutkan dengan penambahan air panas, pewangi dan pewarna untuk menghasilkan sabun cair yang siap digunakan.

 

Program ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, tetapi juga melibatkan warga dalam praktik langsung pembuatan sabun. Antusiasme warga, terutama ibu-ibu PKK, menunjukkan bahwa program ini sangat relevan dan bermanfaat bagi mereka. Melalui program ini, Safira berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga, sekaligus mendorong pemanfaatan limbah menjadi produk yang berguna. Dengan demikian, selain menjaga kebersihan lingkungan, masyarakat juga dapat menikmati manfaat ekonomi dari pengolahan limbah yang berkelanjutan.

 

Penulis : Safira Zikria